BANDARLAMPUNG, — Kondisi listrik di Lampung yang sering "byar pet" membuat masyarakat mengeluh. Banyak usaha yang membutuhkan aliran listrik terganggu aktivitasnya.
Pemadaman aliran listrik ini juga mengganggu aktivitas lalu lintas terutama di perempatan jalan saat jam pergi dan pulang kantor. Lampu lalu lintas tidak berfungsi, membuat arus lalu lintas menjadi semrawut dan macet.
Pemadaman aliran listrik ini juga mengganggu aktivitas lalu lintas terutama di perempatan jalan saat jam pergi dan pulang kantor. Lampu lalu lintas tidak berfungsi, membuat arus lalu lintas menjadi semrawut dan macet.
Menanggapi kondisi ini, anggota Fraksi PKS DPRD Provinsi Lampung Murdiansyah Mulkan mengatakan, sudah saatnya Pemerintah Provinsi Lampung mengoptimalkan potensi energi terbarukan yang tersedia di sini.
Potensi panas bumi di Lampung mencapai 2.900 MW yang
tersebar di 13 titik. Potensi panas bumi itu berada di Kabupaten
Tanggamus,Lampung Selatan, Lampung Barat, Pesawaran dan Waykanan.
Energi panas bumi di Lampung yang sudah termanfaatkan baru
berada di titik Ulubelu Kabupaten Tanggamus dengan kekuatan 50 x 200 MW. Kemudian pada titik Gunung Rajabasa oleh PT Supreme Energy dalam proses pembangunan proyek.
“Sebenarnya potensi lokal sumber energi panas bumi yang ada
bisa dioptimalkan semuanya. Namun hal ini butuh keseriusan dan
profesional dalam menanganinya,” kata Murdiansyah.
Dia juga menegaskan, sudah waktunya energi yang digunakan
berbasis ramah lingkungan. Seperti Energi dari bahan baku batubara sudah
waktunya perlahan ditinggalkan demi masa depan.
Sementara itu, Agus Halhasewi Manager Deputi Pengendalian Operasi PLN
Distribusi Wilayah Lampung menjelaskan bahwa Lampung mengalami defisit energi
listrik karena sejumlah pembangkit yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Lampung.
“Setiap tiga bulan sekali secara bergiliran sistem operasi pembangkit harus keluar dalam rangka pemeliharaan rutin,” kata Agus.
Jika pemeliharaan itu tidak dilakukan, maka akan berdampak kerusakan yang parah pada sistem pembangkit tersebut.
Idealnya setiap setiap satu pembangkit keluar dari sistem operasi, cadangan pembangkit lainnya digerakkan.
Tapi sayangnya saat ini, pembangkit yang ada saja masih
belum mencukupi memenuhi pasokan energi konsumen. Apalagi jika ada
sampai ada kerusakan atau pemeliharaan.
“Kami tidak bisa memaksakan kerja sistem pembangkit, kami
mohon maaf jika pemadaman yang sering terjadi pengganggu kenyamanan
pelanggan,” tutur Agus.