Galuh Sukmara Soejanto, S.Psi saat mengisi Diklat Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahad (1/5). Foto: Tyarin |
Ada pemandangan
spesial dan berbeda dalam pertemuan pendidikan dan latihan (diklat) yang
diadakan oleh Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Ahad (1/5) kemarin.
Adalah seorang Galuh Sukmara Soejanto,
S.Psi yang membuat decak kagum ketika menyampaikan materi “Best Practice
Membangun Jaringan” motivasi kepada para ibu di aula Gedung DPP PKS Jl
TB Simatupang no 82, Jakarta Selatan. Pasalnya, Bunda Galuh, demikian
ia disapa, adalah seorang pengidap different ability (difabel) atau pengidap keterbatasan aktivitas fungsi tubuh atau strukturnya. Dalam hal ini ia adalah seorang tunarungu.
Di tengah keterbatasan yang dianugerahkan Allah kepadanya, tak menyurutkan dirinya untuk terus berprestasi. Pernah membuat prototype
aplikasi Az-Zahra sebagai aplikasi pembelajaran Al-Qur’an, Hadis,
Kisah-kisah nabi dan sahabat, Dhikir, Adhan dalam bahasa isyarat pertama
di dunia dipresentasikan di Global Deaf Muslim Conference di Qatar pada
tahun 2013. Selain itu juga menjadi penerima beasiswa dalam program
Asia Pacific Leadership Training Program for People with Disabilities
oleh Perusahaan Duskin di Jepang dan masih banyak lagi.
“Dengan melatih tim atau orang lain
sebenarnya dia sedang melatih dirinya sendiri. Kesadaran bahwa dia harus
terus belajar memampukan dirinya, sebelum memampukan orang lain.
Kesadaran bahwa dia harus mendidik dirinya sebelum mendidik orang lain,”
katanya dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh seorang
penerjemah yang duduk menghadap panggung.
Para peserta tertegun, sekali waktu mengangguk-angguk. Seusai memberikan materi, para peserta diminta bertanya kepada The Founder and Principal of First Sign Bilingual Homeschooling itu.
Tak lama, seorang perempuan memegang mike dengan tangan bergetar menyampaikan kekagumannya pada Master of Sign Linguistics dari La Trobe University, Melbourne itu. Namanya Erniwati (45).
Suara muslimah dari DPD PKS Jakarta Selatan itu agak
tersendat-sendat, samar-samar terdengar. “Saya berterima kasih bisa
hadir di sini (kantor DPP PKS), karena bisa bertemu dengan Bunda
(Galuh) yang menurut saya luar biasa. Membuat saya,” kalimatnya
tertahan, “membuat saya ingat dengan anak saya yang di rumah yang
memiliki kesamaan-kesamaan, tunarungu,” ucapnya. Air matanya tak mampu
lagi dibendung. Tumpah.
Bunda Galuh pun beranjak dari panggung. Lalu mendekat ke Erniwati. Dipeluk dan didekat hangat. Ruangan menjadi mengharu biru.
Mengikuti diklat BPPK yang menghadirkan
Bunda Galuh memberikan arti bagi seorang Erniwati. Ia menjadi lebih
optimis menghadapi kehidupan ini.
“Saya lebih optimis. Memiliki anak
tunarungu bisa juga menjadi orang yang berprestasi, memberikan
kontribusi untuk bangsa negara, bila dia diberi kesempatan. Karena
setiap orang Allah kasih potensi-potensi, bila potensi tersebut diberi
kesempatan berkembang, disupport dia tentu bisa berprestasi dan berkontribusi,” ucap ibu dari anak difabel berusia 7,5 tahun itu.
Kekaguman serupa disampaikan oleh salah
seorang peserta, Ellina Supendy.
“Masya Allah, malunya saya berjumpa
dengan seorang Galuh Sukmara. Seorang muslimah yang menderita
disabilitas tuna rungu dengan segudang prestasi dan ilmu yang bermanfaat
untuk orang banyak. Sementara di usia saya saat ini. Apa yang sudah
saya lakukan untuk masyarakat?” ungkap peraih Ummi Award 2008 itu.