Jakarta -
Halal bi Halal menjadi tradisi tahunan umat Islam Indonesia setelah
selesai bulan Ramadhan. Rutinitas silaturahmi tahunan ini bukti warisan
ulama untuk keutuhan negara Republik Indonesia.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat
Nur Wahid menuturkan, halal bihalal pertama kali terinisiasi ketika
Presiden RI pertama Soekarno meminta masukan kepada KH Wahab Hasbullah
tentang membangun persatuan di tengah kondisi kekacauan politik nasional
yang mengancam keutuhan Indonesia.
"Kepada Soekarno, KH Wahab bilang kalau
dibuat silaturahmi, biasa saja itu. Buatlah halal bi halal. Setelah itu
Soekarno mengumpulkan para ulama dan partai politik, terjadilah halal bi
halal," ujar Hidayat dalam Halal Bihalal 'Silaturahmi Syawal' di kantor
DPP PKS, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (21/7/2016).
Tidak berhenti sampai di situ. Hidayat
menuturkan para ulama juga menciptakan satu istilah yang memberi
semangat perjuangan dan kemenangan rakyat Indonesia, khususnya umat
Islam.
Kalimat 'minal aidin wal faizin', lanjut
wakil ketua MPR ini, diciptakan oleh para ulama dengan kandungan makna
yang sangat dalam.
"Para ulama dahulu di Indonesia berpuasa
itu saling mendoakan saling menyemangati agar menjadi 'minal aidin wal
faizin', bukan cuma sekadar 'kembali' dari pulang kampung, kembali lagi
ke bulan syawal, tapi kembali untuk menang. Peluang untuk menghadirkan
kemenangan-kemenangan kedepan sangat terbuka, mulai dari Pilgub hingga
Pilkada," jelasnya.
Hidayat juga mengatakan, halal bihalal
yang dilakukan PKS menunjukkan PKS berada dalam bagian masyarakat Islam
Indonesia. Sebab tradisi tersebut hanya ada di Indonesia.
"Sekarang halal bihalal, bukan konteks
bidah atau tidak bidah, ini tradisi Islam di Indonesia. Ini asbabul
wurudnya sunnah hasanah," pungkas Hidayat.