Banyak orang menilai daging kambing menjadi biang keladi penyakit
kolesterol. Apalagi menjelang perayaan Hari Raya Kurban, rasa
kebersamaan memasak dan menyantap hewan kurban menjadi tidak terkontrol.
Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Nur Mahmudi Ismail tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurutnya, kandungan protein kambing, sapi, dan kerbau secara makro sama, begitu pun tingkat kolesterolnya.
Namun yang perlu dipahami, selama ini orang berpikiran bahwa kambing
penyebab kolesterol atau menjadi kematian. Kambing tak baik bagi
kesehatan dan lainnya.
"Saya sebenarnya tak terlalu setuju jika kambing diangga sebagai
penyebab penyakit tertentu. Karena kandungan kambing itu masih mirip
dengan sapi, kerbau,” kata lulusan Doktor Teknologi Pangan A & M
Texas University ini, Jumat (9/9).
Mantan Wali Kota Depok ini menilai dari sisi aroma, daging domba beraroma lebih enak dari kambing yang terlalu menyengat.
“Ada sebagian orang enggak doyan. Itu karena aroma domba umumnya
lebih bagus dari kambing. Kambing lebih menyengat. Makanya saya
melihatnya adalah jangan terlalu berlebihan menuduh seolah-olah kambing
sumber makanan yang membahayakan,” ungkapnya.
Menurutnya, daging kambing akan berbahaya jika seseorang yang
mengonsumsi daging tersebut memiliki kondisi yang sensitif terhadap
makanan itu.
Apalagi jika orang tersebut memiliki catatan penyakit kolesterol
sebelumnya. Intinya, kata dia, jangan makan daging apapun sebagai sumber
protein secara berlebihan.
Dia menconothkan soal ikan teri medan. Sebagian orang yang menilai
ikan teri medan itu enak, bagus, protein dan kalsiumnya bagus. Tapi pada
kalangan tertentu teri medan bisa menimbulkan penyakit alergi.
Sementara, daging kambing, kerbau, kuda, kalau seseorang sedang
mengalami problema kolesterol. Konsumsi sedikit saja pasti langsung
responsif bisa jadi sumber penyakit.
"Prinsipnya, jangan makan berlebihan. Bukan hanya kepada daging
tetapi kepada semua jenis makanan, dianjurkan mengukur sesuai
kebutuhan,” tegasnya.
Sumber: jawapos.com