Oleh
Aep Saripudin
Ketua Umum KAMMI Lampung 1999-2002
Ketua Umum KAMMI Lampung 1999-2002
Hasil Rakorwil PKS Lampung telah memutuskan Almuzzammil Yusuf
sebagai Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Lampung pada Pilkada 2018. Tentu
penetapan ini bukanlah tanpa logika, tetapi PKS sudah
mempertimbangkannya dengan sangat logis.
Sosok Almuzzammil Yusuf
bukanlah tokoh sembarangan. Tiga periode menjadi anggota DPR RI,
bukanlah waktu yg singkat menjadi seorang politikus kawakan. Pernah
menjadi Ketua Umum PKS "transisi" saat PK (Partai Keadilan) ingin
bermetamorfosa akibat electrolal tresholde. Pengalaman inilah yang telah
menempa dirinya menjadi "singa" parlemen. Terbukti dua video pidatonya
terakhir tentang penegakan surat Al-Maidah ayat 51 dan bendera merah
putih bertuliskan kalimat Tauhid di gedung parlemen menjadi viral di
dunia maya dan sangat menyentak orang yang mendengarnya.
Almuzzamil Yusuf pernah bercerita, waktu kecil sering diberikan tugas
oleh ibunya untuk mengantarkan suguhan bagi tamu ayahnya. Setelah itu
beliau menyimak obrolan sang tamu dengan ayahnya. Dan tentu tamu ayahnya
itu bukanlah orang sembarangan. Ternyata tokoh nasional seperti Akbar
Tanjung, AM. Fatwa, dan tokoh lain sekalibernya pernah menjadi tamu sang
Ayah. Tempaan itu pulalah yang menjadikan dirinya seperti hari ini.
Ayahnya, Yusuf Jaiz dulunya adalah aktivis HMI dan kemudian melanjut di
KAHMI. Yusuf Jaiz juga seorang tokoh di Lampung, menjadi Fungsionaris
partai Golkar, dan pernah menjadi Anggota DPRD propinsi Lampung beberapa
periode.
Almuzzammmil dikenal sosok yang bersih, bersahaja, dan
egaliter. Saat namanya muncul menjadi bakal calon gubernur, sikap
kesahajaannya muncul, beliau sami'na wa atho'na atas segala putusan
partai. Yang saya ketahui dari beberapa informasi nama beliau rangking
tertinggi dengan angka lebih dari 40% dari 11 bakal calon internal
melalui jaring pendapat kader PKS.
Putusan PKS mengusung
Almuzzammil Yusuf sebagai Calon Gubernur berarti sudah dengan
pertimbangan matang. Ibarat layar telah dikembangkan, pantang mundur ke
belakang. Pertanyaannya, Almuzzammil menjadi Bakal Calon Gubernur, logiskah? Ada beberapa logika yang bisa kita baca.
Logika Publik
Kemunculan nama Almuzzammil dalam viral videonya, tentu memberikan
nilai positif dalam logika publik. Beliau diapresiasi dibanyak kalangan.
Tentu ini juga memudahkan logika publik saat beliau diusung menjadi
bacagub.
Sisi lain, saya pernah berbicara dengan salah satu cagub
yang lain tentang PKS memutuskan Almuzzammil sebagai cagub. Saya cukup
terkejut dengan jawabannya;"Sebagai partai politik sangat bagus PKS
mengusung kadernya sebagai calon gubernur. Memang sudah semestinya
begitu, hanya perlu dihitung, karena PKS harus berkoalisi dalam Pilgub
". Ya, apalagi PKS sebagai partai kader sangat layak mengusung kadernya
sendiri.
Informasi lain seorang wartawan senior, pegiat media
Lampung pernah mengatakan, siap mendukung Almuzzammil sebagai cagub, dan
meninggal dukungan cagub lainnya yang sebelumnya dia dukung. Dukungan
ini juga diapresiasi oleh wartawan dan pegiat media lainnya dan juga
tokoh Lampung pada umumnya. Ini juga terbukti informasi yang di
dapatdari jaring pendapat masyarakat umum yang digelar PKS melalui
lamannya, nama Almuzzammil juga teratas.
Logika Kader
Belum diputuskan saja, 40% lebih kader PKS, sudah mendukung Almuzzammil.
Bagaimana saat ini sudah diputuskan Almuzzammil sebagai cagub, tentu
kita kita kenal loyalitas kader PKS mesti akan 100% mendukungnya. Bahkan
mungkin saja dukungan ini bukan sebatas kata-kata, tapi kerja nyata,
bahkan mungkin pengorbanan jiwa raga dan harta.
Logika Koalisi
Memang dengan kursi PKS hanya 8 di DPRD Lampung mengharuskan berkoalisi
untuk memenuhi 17 kursi untuk bisa mengusung cagub. Jika PKS "ngotot"
mengusung Almuzzammil sebagai cagub, tentu akan sulit berkoalisi dengan
PDIP, NASDEM, atau DEMOKRAT. Karena ketiga partai tersebut telah
memiliki kader internalnya sebagai Cagub juga yaitu Herman HN, Mustafa
dan Ridho Ficardo.
Namun demikian peluang PKS mengambil calon wakil
gubernur masih sangat berpeluang dari partai lainnya yaitu Gerindra,
GOLKAR, PKB dan PPP. Kedekatan Almuzzammil dengan Prabowo dan Ahmad
Muzani, menjadikan Gerindra partai yang paling berpeluang berkoalisi.
Sementara PAN juga masih berpeluang jika Bachtiar Basri mau menjadi
calon wakil gubernur bersama Almuzzammil, walaupun peluang itu sangat
kecil. Yang cukup memungkinkan bagi PAN adalah tetap melanggengkan paket
Ridho-Bachtiar bersama Demokrat atau justru Bachtiar akan maju
sebagai calon gubernur dengan berlepas diri dari Demokrat.
Logika Dana
Kebutuhan dana dalam kontestasi pilgub memang tidak bisa kita nafikkan.
Mengambil pernyataan Suwondo, Dosen Fisip Unila, menyebut angka 50
sampai 100 milyar kebutuhan dana calon gubernur dan wakil gubernur.
Tentu ini bukan tanpa hitungan.
Jika kita bagi biaya kampanye
dalam tiga kali tahapan tatap muka kepada orang yang sama, yaitu tahap
satu pengenalan calon, tahap dua penyampaian visi misi dan tahap tiga
penyampaian program maka akan dapat dihitung kebutuhan dana kampanye
tersebut yang dihitung berdasarkan biaya konsumsi.
Jika basisnya
jumlah desa se-Lampung sebanyak 2.640 desa, dan untuk menang pilgub
perlu kampanye di 60% desa atau sebanyak 1.564 desa dengan biaya sekali
tatap muka per desa sebesar 15 juta dan dilakukan sebanyak tiga kali
tatap muka, maka biaya kampanye yang akan dikeluarkan sebanyak 71,28
milyar.
Jika basis hitungannya adalah jumlah DPT sebanyak 6.089.694 jiwa, dengan asumsi suara sah biasanya 70% dari DPT maka asumsi suara sah sebesar 4.262.785. Dan untuk menang pilgub perlu tatap muka kepada 50% suara sah atau sebanyak 2.131.391 jiwa. Dengan biaya sekali tatap muka 30 ribu per jiwa, maka jika dilakukan tiga kali tatap muka maka kebutuhan biaya kampanye sebesar 191,83 milyar. Namun jumlah ini belum termasuk biaya alat peraga dan biaya saksi TPS.
Kebutuhan biaya
kampanye yang sedemikian besar sebagai ongkos politik cagub PKS tentu
bukanlah penghalang dalam memperjuangkan Almuzzammil sebagai cagub. Hal
ini bisa dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama yang paling
penting bagi PKS adalah menaikkan popularitas dan elektabilitas
Almuzzammil. Jika 10 ribu saja kader PKS bergerak secara terstruktur,
masif dan terus menerus tentu ini menjadi modal utama. Belum ditambah
relawan diluar kader PKS yang sudah memberikan dukungan simpatik sejak
nama Almuzzamil di munculkan. Belum lagi jika 10 ribu kader PKS rela
menginfakkan hartanya sebesar satu juta rupiah saja, maka 10 milyar
modal yang cukup untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas
Almuzzammil.
Tahap kedua, akan banyak sekali calon wakil gubernur
yang akan menawarkan dirinya untuk digandeng oleh PKS atau Almuzzammil.
Pada titik strategis inilah perlunya berbagi kebutuhan biaya kampanye.
Tahap ketiga, jika calon wakil gubernur yang didapat dianggap
signifikan untuk memenangkan pilgub bersama Almuzzammil, pada titik
inilah perlu banyak berkomunikasi dengan sumber-sumber kekuatan modal.
Kalau sudah begini logiskah Almuzzamil sebagi calon gubernur Lampung?
Hanya logika TAKDIR yg bisa menjawabnya. Selamat berjuang Almuzzammil.
Selamat berjuang PKS.